Minggu, 07 November 2010

Sejarah Perkembangan TV Digital

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Perkembangan

TV Braun HF1 Jerman tahun 1959

Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.

1876 – George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.

1884 – Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.

1888 – Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.

1897 – Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dasar televisi layar tabung.

1900 – Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.

1907 – Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.

1927 – Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.

1929 – Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.

1940 – Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.

1958 – Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.

1964 – Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.

1967 – James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.

1968 – Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.

1975 – Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.

1979 – Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.

1981 – Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.

1987 – Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.

1995 – Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.

dekade 2000- Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

Memang benar banyak sebagian orang mengatakan kalau gambar yang dihasilkan TV LCD dan Plasma memiliki resolusi yang lebih tinggi. Tetapi kekurangannya adalah masa atau umur TV tersebut tidak dapat berumur panjang jika kita memakainya terus-menerus jika kalau dibandingkan dengan TV CRT atau yang dikenal sebagai tivi biasa yang digunakan orang pada umumnya.

Resensi Film : Toy Story 3


Film ini merupakan film animasi yang paling di tunggu-tunggu di Tahun 2010. Pada awalnya, Andy berniat untuk menyimpan mainan-mainan masa kecilnya di loteng, terkecuali Woody yang rencananya akan ia bawa. Sialnya, karena suatu kesalahpahaman, ibu Andy mengira bahwa kantong yang berisi Buzz dan kawan-kawan adalah kantong sampah. Ia pun bermaksud membuangnya untuk diangkut oleh truk pengangkut sampah. Melihat hal itu, tentu saja Woody tidak bisa tinggal diam. Tanpa pikir panjang, si koboi segera bergerak untuk menolong teman-temannya.

Ternyata, bukan perkara yang sulit bagi Buzz dan yang lain untuk bisa lolos. Mereka berhasil meloloskan diri sebelum Woody datang untuk menyelamatkan mereka. Mereka yang menganggap bahwa Andy sudah tidak lagi peduli terhadap mereka lalu memutuskan untuk minggat ke tempat penitipan anak Sunnyside. Usaha Woody membujuk mereka untuk tetap tinggal pun gagal, sebagaimana Jessie (Joan Cussack) yang beranggapan bahwa para mainan berhak untuk menentukan nasibnya masing-masing. Dan menurutnya, disumbangkan bagi anak-anak yang masih banyak bermain dengan mainan adalah pilihan yang paling tepat.

Sesampainya di Sunnyside, mereka diperlihatkan dengan suasana yang tampaknya adalah surga bagi para mainan. Tempat yang menyenangkan dan masih dimainkan oleh anak-anak, hal-hal itu semakin membuat mereka yakin bahwa keputusan mereka untuk datang ke tempat tersebut tidaklah salah. Belum lagi, mereka juga disambut dengan ramah oleh Lots-o’-Huggin’ Bear (Ned Beatty), pemimpin dari para mainan yang tinggal di tempat tersebut. Woody yang tidak ingin teman-temannya meninggalkan Andy begitu saja pun terus membujuk mereka untuk kembali. Akan tetapi, Jessie dan para mainan yang bersikeras tetap di tempat tersebut malah balik membujuk Woody untuk ikut bersama mereka. Woody yang setia jelas menolak dan mengajak Buzz pergi. Tetapi sahabatnya sendiri menganggap bahwa akan lebih baik baginya untuk bersama yang lain. Dengan berat hati, Woody lalu meninggalkan teman-teman yang telah ia kenal sejak lama.